Satu Anak Tewas tiap 10 Menit dan 70% Populasi Gaza Mengungsi

Situasi Gaza (Reuter)

GAZA - Israel menyebut lebih dari 1.400 (dalam keterangan terbaru 1.200) warga Israel dan warga asing tewas terbunuh akibat serangan kelompok militan Palestina, Hamas - yang disebut sebagai kelompok teroris oleh Inggris, AS, dan Uni Eropa.

Menurut informasi yang dirilis sebelum ada ralat dari otoritas Israel, mengidentifikasi 1.159 orang yang tewas, 828 orang di antara mereka adalah warga sipil dan 31 anak-anak.

Dalam keterangan terbaru, Jumat 10 November 2023, Israel meralat jumlah korban tewas dari 1.400 menjadi 1.200 orang.

Israel menyebut lebih dari 1.400 (dalam keterangan terbaru 1.200) warga Israel dan warga asing tewas terbunuh akibat serangan kelompok militan Palestina, Hamas - yang disebut sebagai kelompok teroris oleh Inggris, AS, dan Uni Eropa.

Menurut informasi yang dirilis sebelum ada ralat dari otoritas Israel, mengidentifikasi 1.159 orang yang tewas, 828 orang di antara mereka adalah warga sipil dan 31 anak-anak.

Dalam keterangan terbaru, Jumat 10 November 2023, Israel meralat jumlah korban tewas dari 1.400 menjadi 1.200 orang.

Israel menyebut lebih dari 1.400 (dalam keterangan terbaru 1.200) warga Israel dan warga asing tewas terbunuh akibat serangan kelompok militan Palestina, Hamas - yang disebut sebagai kelompok teroris oleh Inggris, AS, dan Uni Eropa.

Menurut informasi yang dirilis sebelum ada ralat dari otoritas Israel, mengidentifikasi 1.159 orang yang tewas, 828 orang di antara mereka adalah warga sipil dan 31 anak-anak.

Dalam keterangan terbaru, Jumat 10 November 2023, Israel meralat jumlah korban tewas dari 1.400 menjadi 1.200 orang.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Lior Haiat, banyak orang yang terbunuh tidak segera diidentifikasi setelah serangan tersebut, dan "sekarang kami pikir mereka adalah para teroris... bukan korban Israel".

Sementara, di sisi Palestina, seiring perang memasuki pekan kelima, kematian di Gaza dan Tepi Barat mencapai jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Menteri kesehatan Palestina di Gaza, yang dikelola Hamas, melaporkan pada 6 November bahwa lebih dari 10.000 orang tewas, termasuk lebih dari 4.100 anak-anak - artinya, rata-rata satu anak tewas tiap 10 menit.

Sejumlah politikus, termasuk Presiden AS Joe Biden, mempertanyakan angka-angka yang diberikan kementerian kesehatan Palestina, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meyakini angka-angka itu benar.

- Satu anak tewas tiap 10 menit

Perang ini mengakibatkan 25.400 orang di Gaza dan Tepi Barat terluka, sementara di sisi Israel terdapat 5.400 korban terluka, menurut otoritas Israel dan kementerian kesehatan Palestina.

Sekitar 2.260 orang dilaporkan hilang di Gaza, termasuk 1.270 anak. Kebanyakan dari mereka diperkirakan tertimbun reruntuhan.

- Krisis penyanderaan

Serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober menciptakan situasi penyanderaan terbesar. Menurut otoritas Israel, sekitar 242 warga Israel dan warga asing disandera oleh Hamas, termasuk lebih dari 30 anak.

Hamas menyebut 57 sandera tewas terbunuh oleh serangan Israel di Gaza.

Empat warga sipil yang disandera, termasuk remaja berusia 17 tahun, telah dibebaskan oleh Hamas sejak 20 Oktober.

Militer Israel menyebut mereka telah menyelamatkan seorang anggota militer perempuan yang disandera sejak 7 Oktober dalam operasi darat pada 29 Oktober.

- Lebih dari setengah populasi Gaza kini mengungsi

Jalur Gaza adalah rumah bagi lebih dari 2,2 juta orang, setengah di antara mereka adalah anak-anak.

Baca juga:
Terowongan Tesla Satu Jalur di Vegas Milik Elon Akan Diperluas

Pada 13 Oktober, Israel memerintahkan evakuasi warga sipil dari wilayah Gaza utara ke Gaza bagian selatan.

Sebulan setelah serangan udara Israel, lebih dari 200.000 unit rumah di Gaza disebut telah rusak atau hancur - itu setara setengah dari unit rumah di Jalur Gaza, menurut otoritas Palestina di Gaza.

Pada 5 November, sekitar 1,5 juta warga di Gaza terpaksa mengungsi, berlindung di sekolah, gereja, rumah sakit, bangunan publik atau PBB, serta tinggal dengan keluarga yang menampung mereka, menurut PBB dan pejabat Palestina.

Meninggalkan Gaza bukanlah pilihan bagi warga setempat, karena perbatasan Erez menuju Israel ditutup dan pos perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dan Mesir hanya dibuka untuk mengevakuasi warga asing dan warga Palestina yang terluka.

- Petugas medis, jurnalis dan staf PBB tewas

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut, per 5 November, sebanyak 51 dari 76 pusat kesehatan di Jalur Gaza kini tidak berfungsi karena serangan dan minimnya bahan bakar.

Sekitar 50 ambulans rusak, 31 di antaranya tak berfungsi dan sedikitnya 175 petugas medis tewas, menurut kementerian kesehatan.

Berdasarkan hukum internasional, pekerja bantuan dan petugas kesehatan serta fasilitas mereka harus dilindungi.

PBB menyebut sedikitnya 88 staf yang bekerja di badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, UNRWA, tewas bersama dengan pekerja pertahanan sipil.

Sementara jurnalis, yang keselamatan dan pekerjaannya semestinya dilindungi menurut Konvensi Jenewa, 49 orang di antaranya tewas per 5 November, menurut badan PBB untuk urusan koordinasi kemanusiaan (UNOCHA).

Serangan Israel di Gaza telah menjadi peristiwa yang mematikan bagi jurnalis yang melaporkan konflik selama tiga dekade terahir, menurut Komisi Perlindungan Jurnalis (CPJ).

- Pasokan air menipis

Bagi mereka yang berhasil selamat dari perang hingga saat ini, bertahan hidup di Gaza sangat sulit, dengan kondisi makanan yang langka, pasokan air minim dan risiko kesehatan.

Pada pertengahan Oktober silam, WHO menyebut bahwa keluarga dan anak-anak di Gaza hanya memiliki tiga liter air per orang per hari untuk keperluan minum, memasak dan kebersihan.

Padahal, jumlah minimum - disebut sebagai ambang batas darurat - adalah 15 liter per orang per hari.

Hanya sedikit pasokan air yang dikirim ke Gaza melalui perbatasan Rafah baru-baru ini, dan banyak sarana pasokan air yang telah rusak.

Pada 5 November, UNOCHA melaporkan bahwa konsumsi air di Gaza telah turun rata-rata 92% dibandingkan dengan sebelum perang, dan sebagian besar dari 65 stasiun pompa limbah tidak beroperasi.

Pada tanggal 31 Oktober, WHO memperingatkan bahwa pengungsian massal, kepadatan penduduk dan kerusakan infrastruktur air dan sanitasi dapat menyebabkan "bencana kesehatan masyarakat yang akan segera terjadi" di Gaza.

UNOCHA mengatakan pihaknya belum memverifikasi secara independen angka-angka yang diberikan oleh pejabat Palestina dan Israel. (*)

Sumber: BBC

 

 

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment